Gubernur Ganjar Tertarik Dorong Pengelolaan Garam Tradisional Jono
GROBOGAN (Top News) – Petani garam di Desa Jono Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jateng, belakangan ini mengaku senang. Pasalnya, garam tradisional yang mereka kelola laku keras di pasaran. Bahkan harga ecerannya cukup menjanjikan.
Bertahun-tahun harga garam dari air bleng ini hanya laku paling tinggi Rp 3.000/kg, tetapi akibat garam di pasaran langka, garam Jono terdongkrak harganya menjadi Rp 10.000/kg.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di sela-sela kunjungannya, Rabu(2/8/2017) menyempatkan diri mampir ke sentra produksi garam tradisional yang pernah mencapai masa kejayaan tahun 1970.
Ganjar Pranowo mengamati langsung proses produksi garam Jono, mulai dari mengambil air bleng dari sumur, kemudian dialirkan ke penampungan, hingga petani garam itu mengambil butiran-butiran garam dari bilah-bilah bamboo yang dijajar panjang.
Ganjar bertanya kepada para petani mengenai kendala yang dihadapi. “Saya lihat pengolahannya masih sangat sederhana. Kalau produksi dan teknologi bisa ditingkatkan. Bila butuh bantuan modal pasti kita bantu,” kata Gubernur Ganjar.
Menurutnya, jika pengemasan bisa diperbaiki, dan pemasarannya menjadi lebih bagus maka perekonomian petani garam Jono akan meningkat. Jika dikemas secara tradisional seperti itu bisa laku Rp 10.000/kg, apalagi jika dikemas bagus dan masuk super market.
‘’Saya tertarik mendorong mereka bisa tumbuh, garamnya khas dan terkenal dimana-mana, kadar dan kwalitasnya bagus, sangat berbeda dengan garam laut,” tuturnya.
Ia menyayangkan generasi muda yang tidak mau menjadi petani garam. Padahal memiliki potensi yang bagus di tengah garam yang bermasalah. Kalau harganya bagus terus, pihaknya optimis anak muda Jono akan mengikuti tradisi orang tuanya.
Pemanfaatan teknologi diharapkan bisa menaikkan produksi garam Jono, sehingga bisa meningkatkan penghasilan petani. “Kita dorong higienisnya dan pemanfaatan teknologi, kemudian kita uji agar lebih baik kwalitasnya,” ujarnya.
Ketua Paguyuban Petani Garam Jono Hadi mengatakan, saat ini di desanya tinggal 52 petani garam yang bertahan, sebelumnya ada sekitar 600 orang. Permasalahan modal dan harga garam yang murah, membuat mereka meninggalkan pekerjaannya.
“Bambunya juga mahal, ditambah lagi sumur-sumur GAbahan baku garam itu yang mulai mendangkal,” katanya kepada Ganjar.
Terendamnya lokasi pembuatan garam saat musim penghujan juga menjadi permasalahan tersendiri yang dihadapi petani. Mereka tidak bisa berproduksi saat banjir menggenangi lahan mereka. (syam/TN)
Gubernur Ganjar Tertarik Dorong Pengelolaan Garam Tradisional Jono
Reviewed by samsul huda
on
August 03, 2017
Rating:
Post a Comment