Warga Perumda Tolak Pasar Unggas Jadi Satu Satu Dengan Pasar Pagi Jalan Gajah Mada
GROBOGAN (TopNews) – Komisi B (Bidang Perekonomian) DPRD Grobogan menyoroti mengendapnya anggaran Rp 8 miliar untuk pembangunan pasar unggas di komplek pasar pagi Jalan Gajah Mada Purwodadi, Grobogan. Sebab anggaran yang diplot tahun 2017 itu, belum ada tanda-tanda direalisasikan sesuai peruntukannya.
Demikian terungkap dalam rapat dengar pendapat Komisi B DPRD Grobogan dengan Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Perikanan, belum lama ini. Rapat dipimpin Ketua Komisi B DPRD Budi Susilo.
Komisi B mempertanyakan keberadaan pasar Glendoh di Jalan R Suprapto Purwodadi setelah adanya rencana pasar itu dipindahkan di area pasar pagi Jalan Gajah Mada. Komisi B juga mempertanyakan kapan pembangunan pasar unggas di Jalan Gajah Mada dimulai.
‘’Jadi dimulai tahun 2018 apa tidak. Karena dari anggaran Rp 8 miliar yang diposisikan untuk pembangunan pasar itu, belum ada kepastiannya hingga sekarang,” kata Ketua Komisi B DPRD Budi Susilo.
Sementara itu, warga Perumda Purwodadi menolak pasar unggas dibangun menjadi satu dengan pasar pagi di Jalan Gajah Mada. Sebab tingkat pencemaran dari pasar itu dipastikan lebih tinggi daripada pasar pagi sekarang.
‘’Pasar pagi yang hanya ditempati beberapa pedagang ikan basah saja baunya terasa menyengat di lingkungan perumahan daerah (Perumda). Lebih-lebih ditambah dengan pasar unggas,’’ kata Ketua RW 20 Perumda Purwodadi Sutedjo.
Penempatan pasar itu di Jalan Gajah Mada tanpa persetujuan warga. Bahkan pembuatan desain engenering detail (DED) pasar unggas tersebut cenderung kucing-kucingan dengan warga Perumda, yang bersebelahan dengan pasar pagi. Maka keabsahan DED ini patut dipertayakan.
‘’Intinyaa kepentingan warga diabaikan,’’ kata Ketua RW 20 Perumda itu. Ia mengatakan, ketika pasar pagi itu dibangun, warga sudah mengingatkan agar penataan saluran pembuangan dilengkapi dengan IPAL standar. Hal itu supaya bahu busuk dari limbah pasar tersebut tak mengganggu lingkungan.
‘’Berkali-kali kami ke Disperindag mengusulkan hal itu, tetapi tidak ada tanggapan,’’ ujarnya. Budi Susilo, Ketua Fraksi Golkar ini menanyakan ke Disperindag mengapa Pasar Unggas di Nglejok mangkrak. Padahal pasar itu selesai dibangun pada 2014 dengan dana besar. Tetapi belum ada kejelasan peruntukannya hingga sekarang.
‘’Pasar Unggas Nglejok saja belum ditempati malah akan membangun pasar unggas di Jalan Gajah Mada,’’ kata Budi Susilo. Ia mengatakan, Bupati Grobogan Sri Sumarni berkali-kali menjanjikan pedagang unggas di pasar Glendoh segera dibangunkan pasar baru di Jalan Gajah Mada. Tetapi kapan direalisasikan belum ada kejelasannya, sehingga pedagang di pasar itu banyak yang mempertanyakan.
Sekretaris Disperindag Grobogan Markus Murtoko mengatakan, pembangunan Pasar Unggas di kompleks pasar pagi di Jalan Gajah Mada sudah dilengkapi DED dan tinggal merealisasikan pembangunan fisiknya.
Tetapi pembangunan Pasar Glendoh belum dilaksanakan 2018 karena anggarannya belum ada. Ditambahkan, rehab pembangunan pasar 2018 telah dianggarkan APBD sebesar Rp 1,8 miliar. Dana itu untuk rehab Pasar Tegowanu, Tuko, Wirosari, dan Kuwu. (syam/TN)
Warga Perumda Tolak Pasar Unggas Jadi Satu Satu Dengan Pasar Pagi Jalan Gajah Mada
Reviewed by samsul huda
on
November 27, 2017
Rating:
Post a Comment