Grobogan Panen Perdana MT I, Petani Desak Pemerintah Tidak Impor Beras
GROBOGAN (TopNews) – Daerah Grobogan mulai panen padi musim tanam (MT) I 2018. Panen padi perdana itu, berlangsung di Desa Ngeluk, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan, Jateng, dengan dihadiri pejabat Kementerian Pertanian (Kementan).
Dalam panen raya itu, petani mendesak pemerintah supaya mengimpor beras pada tahun 2018 ini. Lebih-lebih impor dalam jumlah besar, sebab hal itu dikhawatirkan akan menyebabkan harga gabah di tingkat petani jatuh.
Demikian dikatakan petani Penawangan, Grobogan, saat panen raya musim tanam (MT) I bersama Kepala Balitbang Kementan Muhamad Syakir di Ngeluk, Penawangan, Kamis (11/1/2018)
Ketua Gapoktan Suko Makmur Desa Ngeluk Suwaji mengatakan, petani Grobogan saat ini sudah mulai panen raya padi MT I. Untuk itu, pemerintah tidak perlu impor beras dari Pakistan, India maupun lainnya dengan alasan menambah stok. Sebab impor itu berdampak buruk pada harga panen.
‘’Kalau pemerintah impor di saat panen raya, bisa dipastikan harga panen di tingkat petani jatuh,’’ katanya. Ia mengatakan, petani siap mendukung program tiada hari tanpa panen yang dicanangkan Kementan. Terbukti panen saat ini waktunya lebih awal dari biasanya.
Panen awal ini katanya, terjadi setelah adanya bantuan mesin pompa dari Kementan untuk kelompok tani, traktor dan lainnya. Adanya bantuan pompa menyebabkan kebutuhan air pada lahan seluas 265 hektare di Ngeluk Penawangan bisa diambilkan air dari Sungai Lusi.
”Jadi pompa memudahkan kami untuk mendapatkan air sehingga bisa tanam dan panen lebih awal dari biasanya,’’ ujarnya.
Sebelumnya, petani Ngeluk, Penawangan, dilaporkan panen padi MT I pada akhir Februari dan baru kali ini bisa panen pada awal Januari. Untuk itu, pihaknya minta dukungan bantuan mesin pompa lagi supaya lebih banyak areal sawah yang bisa diairi.
Padi MT 1 yang ditanam petani Ngeluk, Penawangan, semuanya varietas Ciherang. Varietas itu menghasilkan 8 ton/hektare. Dilaporkan juga, bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani saat panen awal seperti ini cukup tinggi, yaitu mencapai Rp 5.000/kg.
Kepala Balitbang Pertanian Kementrian Pertanian Muhammad Syakir menyerahkan bantuan benih padi varietas baru, yaitu Impari 30 atau Ciherang Plus (CP) secara simbolis kepada petani.
”Varietas ini merupakan varietas padi terbaru. Kelebihan varietas ini, umurnya lebih pendek, lebih tahan hama dan tahan genangan, dan hasilnya lebih tinggi,” kata Muhammad Syakir.
Dalam rangka menyukseskan program tiada hari tanpa panen, pihaknya akan meningkatkan bantuan peralatan pertanian pada petani. Mulai alat untuk persiapan lahan berupa traktor, pompa air hingga peralatan panen dan pasca panen.
Menurutnya, dengan dukungan peralatan dan sarana modern maka sudah bisa dilihat dampaknya. Yakni, hampir tiap bulan petani bisa panen padi. Seperti saat ini, ada petani yang panen pada bulan Januari. Sebelumnya, belum pernah petani di sini panen pada awal tahun. (syam/TN)
Dalam panen raya itu, petani mendesak pemerintah supaya mengimpor beras pada tahun 2018 ini. Lebih-lebih impor dalam jumlah besar, sebab hal itu dikhawatirkan akan menyebabkan harga gabah di tingkat petani jatuh.
Demikian dikatakan petani Penawangan, Grobogan, saat panen raya musim tanam (MT) I bersama Kepala Balitbang Kementan Muhamad Syakir di Ngeluk, Penawangan, Kamis (11/1/2018)
Ketua Gapoktan Suko Makmur Desa Ngeluk Suwaji mengatakan, petani Grobogan saat ini sudah mulai panen raya padi MT I. Untuk itu, pemerintah tidak perlu impor beras dari Pakistan, India maupun lainnya dengan alasan menambah stok. Sebab impor itu berdampak buruk pada harga panen.
‘’Kalau pemerintah impor di saat panen raya, bisa dipastikan harga panen di tingkat petani jatuh,’’ katanya. Ia mengatakan, petani siap mendukung program tiada hari tanpa panen yang dicanangkan Kementan. Terbukti panen saat ini waktunya lebih awal dari biasanya.
Panen awal ini katanya, terjadi setelah adanya bantuan mesin pompa dari Kementan untuk kelompok tani, traktor dan lainnya. Adanya bantuan pompa menyebabkan kebutuhan air pada lahan seluas 265 hektare di Ngeluk Penawangan bisa diambilkan air dari Sungai Lusi.
”Jadi pompa memudahkan kami untuk mendapatkan air sehingga bisa tanam dan panen lebih awal dari biasanya,’’ ujarnya.
Sebelumnya, petani Ngeluk, Penawangan, dilaporkan panen padi MT I pada akhir Februari dan baru kali ini bisa panen pada awal Januari. Untuk itu, pihaknya minta dukungan bantuan mesin pompa lagi supaya lebih banyak areal sawah yang bisa diairi.
Padi MT 1 yang ditanam petani Ngeluk, Penawangan, semuanya varietas Ciherang. Varietas itu menghasilkan 8 ton/hektare. Dilaporkan juga, bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani saat panen awal seperti ini cukup tinggi, yaitu mencapai Rp 5.000/kg.
Kepala Balitbang Pertanian Kementrian Pertanian Muhammad Syakir menyerahkan bantuan benih padi varietas baru, yaitu Impari 30 atau Ciherang Plus (CP) secara simbolis kepada petani.
”Varietas ini merupakan varietas padi terbaru. Kelebihan varietas ini, umurnya lebih pendek, lebih tahan hama dan tahan genangan, dan hasilnya lebih tinggi,” kata Muhammad Syakir.
Dalam rangka menyukseskan program tiada hari tanpa panen, pihaknya akan meningkatkan bantuan peralatan pertanian pada petani. Mulai alat untuk persiapan lahan berupa traktor, pompa air hingga peralatan panen dan pasca panen.
Menurutnya, dengan dukungan peralatan dan sarana modern maka sudah bisa dilihat dampaknya. Yakni, hampir tiap bulan petani bisa panen padi. Seperti saat ini, ada petani yang panen pada bulan Januari. Sebelumnya, belum pernah petani di sini panen pada awal tahun. (syam/TN)
Grobogan Panen Perdana MT I, Petani Desak Pemerintah Tidak Impor Beras
Reviewed by samsul huda
on
January 11, 2018
Rating:
Post a Comment