Ketua KPK: Penyidik di NTT Cari Bukti Tambahan Terkait OTT Bupati Marianus
JAKARTA (TopNews) – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Agus Rahardjo membantah, bahwa pihaknya telah melakukan operasi tangkap tangan (OTT) lagi dari hasil pengembangan penangkapan Bupati Ngada Marianus Sae.
"Yang pasti, hari ini tidak ada OTT lagi di NTT," kata Agus di Jakarta, Rabu (21/2/2018). Ia mengatakan, bahwa KPK masih mencari bukti tambahan dalam penyidikan kasus atas tertangkapnya Marianus melalui OTT.
"Jadi kegiatan di NTT hari ini itu merupakan kegiatan penyidikan, terkait dengan OTT yang lalu," ujar Ketua KPK Agus.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah juga membantah adanya kabar OTT di salah satu daerah NTT. Ia mengatakan, dalam proses penyidikan memang dilakukan pencarian bukti. Hal tersebut merupakan proses yang standar dan sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP.
"Setelah OTT Ngada yang lalu dan kasus ditingkatkan ke penyidikan, maka tentu dibutuhkan serangkaian kegiatan pencarian bukti tambahan," kata Febri.
Selama penyidikan, seluruh proses pemberkasan bukti-bukti akan dilakukan. Jika sudah lengkap, barulah perkaranya dibawa ke persidangan.
Sebelumnya, KPK menetapkan Marianus dan Dirut PT Sinar 99 Permai, Wilhelmus Iwan Ulumbu sebagai tersangka. Marianus diduga menerima suap dari Wilhelmus terkait sejumlah proyek di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Wilhelmus diketahui merupakan salah satu kontraktor di Kabupaten Ngada yang kerap mendapatkan proyek di Kabupaten Ngada sejak 2011. Dalam kasus ini, Marianus diduga menerima suap Rp 4,1 miliar dari Wilhelmus. Sebagian suap untuk Marianus ada yang diberikan secara tunai ataupun lewat transfer bank.
Marianus menerima Rp 1,5 miliar pada November 2017 secara tunai di Jakarta. Kemudian Rp 2 miliar diberikan lewat transfer bank pada Desember 2017. Pada 16 Januari 2018, Marianus menerima lagi Rp 400 juta dari Wilhelmus di rumah bupati. Kemudian, 6 Februari 2018 menerima Rp 200 juta diberikan di rumah bupati.
Selain itu, suap ini juga diduga terkait dengan sejumlah proyek di Pemkab Ngada untuk 2018. Marianus diduga menjanjikan proyek-proyek tersebut dapat digarap Wilhelmus.
Proyek-proyek itu adalah pembangunan Jalan Poma Boras senilai Rp 5 miliar, jembatan Boawae Rp 3 miliar, ruas Jalan Ranamoeteni Rp 20 miliar, ruas Jalan Riominsimarunggela Rp 14 miliar, ruas Jalan Tadawaebella Rp 5 miliar, ruas Jalan Emerewaibella Rp 5 miliar, dan ruas Jalan Warbetutarawaja Rp 2 miliar. Nilai total proyek-proyek tersebut Rp 54 miliar. (syam/TN)
"Yang pasti, hari ini tidak ada OTT lagi di NTT," kata Agus di Jakarta, Rabu (21/2/2018). Ia mengatakan, bahwa KPK masih mencari bukti tambahan dalam penyidikan kasus atas tertangkapnya Marianus melalui OTT.
"Jadi kegiatan di NTT hari ini itu merupakan kegiatan penyidikan, terkait dengan OTT yang lalu," ujar Ketua KPK Agus.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah juga membantah adanya kabar OTT di salah satu daerah NTT. Ia mengatakan, dalam proses penyidikan memang dilakukan pencarian bukti. Hal tersebut merupakan proses yang standar dan sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP.
"Setelah OTT Ngada yang lalu dan kasus ditingkatkan ke penyidikan, maka tentu dibutuhkan serangkaian kegiatan pencarian bukti tambahan," kata Febri.
Selama penyidikan, seluruh proses pemberkasan bukti-bukti akan dilakukan. Jika sudah lengkap, barulah perkaranya dibawa ke persidangan.
Sebelumnya, KPK menetapkan Marianus dan Dirut PT Sinar 99 Permai, Wilhelmus Iwan Ulumbu sebagai tersangka. Marianus diduga menerima suap dari Wilhelmus terkait sejumlah proyek di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Wilhelmus diketahui merupakan salah satu kontraktor di Kabupaten Ngada yang kerap mendapatkan proyek di Kabupaten Ngada sejak 2011. Dalam kasus ini, Marianus diduga menerima suap Rp 4,1 miliar dari Wilhelmus. Sebagian suap untuk Marianus ada yang diberikan secara tunai ataupun lewat transfer bank.
Marianus menerima Rp 1,5 miliar pada November 2017 secara tunai di Jakarta. Kemudian Rp 2 miliar diberikan lewat transfer bank pada Desember 2017. Pada 16 Januari 2018, Marianus menerima lagi Rp 400 juta dari Wilhelmus di rumah bupati. Kemudian, 6 Februari 2018 menerima Rp 200 juta diberikan di rumah bupati.
Selain itu, suap ini juga diduga terkait dengan sejumlah proyek di Pemkab Ngada untuk 2018. Marianus diduga menjanjikan proyek-proyek tersebut dapat digarap Wilhelmus.
Proyek-proyek itu adalah pembangunan Jalan Poma Boras senilai Rp 5 miliar, jembatan Boawae Rp 3 miliar, ruas Jalan Ranamoeteni Rp 20 miliar, ruas Jalan Riominsimarunggela Rp 14 miliar, ruas Jalan Tadawaebella Rp 5 miliar, ruas Jalan Emerewaibella Rp 5 miliar, dan ruas Jalan Warbetutarawaja Rp 2 miliar. Nilai total proyek-proyek tersebut Rp 54 miliar. (syam/TN)
Ketua KPK: Penyidik di NTT Cari Bukti Tambahan Terkait OTT Bupati Marianus
Reviewed by samsul huda
on
February 21, 2018
Rating:
Post a Comment