Nama Baik Bapak Pembangunan Menteri PUPR Tercoreng Akibat Ulah Anak Buah di-OTT KPK
GTOPNEWS.COM - Menjelang akhir
tahun 2018, Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) tidak menutup
kinerjanya dengan penilaian memuaskan. Tetapi justru sebaliknya,
memprihatinkan. Mengapa ? Karena sejumlah pejabat di jajaran Kementerian PUPR,
khususnya di Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya terkena operasi tangkap
tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Padahal Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono telah mengukir kementeriannya dengan prestasi-prestasi unggulan
hingga semua pekerjaan jalan tol, bendungan, perumahan, jembatan hingga
relokasi korban tsunami, dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Presiden Jokowi angkat topi atas kinerja Menteri Basuki hingga semua
kunjungan kerjanya di luar Jawa selalu mengajak pembantunya itu, untuk
mendampingi. Bahkan Basuki sempat
dijuluki panglima pembangunan di era pemerintahan Presiden Jokowi. Hal itu
lantaran kementeriannya bisa memenuhi hampir semua target pembangunan yang
menjadi ambisi Jokowi dalam kurun waktu empat tahun belakangan ini. Julukan ini
nyaris sempurna karena tidak satu pun proyek yang dilaksanakan terindikasi
korupsi.
Namun menjelang tutup
tahun anggaran 2018, mendadak jajaran kementeriannya terkena OTT KPK. Praktis
julukan sebagai bapak pembangunan seketika terkikis akibat ulah oknum pejabat
di Ditjen Cipta Karya korupsi proyek.
Pejabat Ditjen Cipta
Karya dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) proyek-proyek pengadaan air bersih
di daerah-daerah ditangkap KPK di kantornya, Jumat (28/12/2018) sore. KPK
mengamankan 20 orang, dan mereka langsung digiring ke Gedung KPK Jalan Kuningan
Persada, Jakarta Selatan untuk diperiksa lebih lanjut.
OTT itu terkait proyek
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bernilai triliyunan di daerah-daerah,
termasuk daerah terdampak tsunami di Palu, Donggala, Sigi dan lainnya.
Dalam OTT itu, KPK
mengamankan juga uang tunai Rp 500 juta, SGD 25 Dollar Singapura dan satu kardus berisi
uang.
Menteri Basuki mengaku
mendapatkan informasi OTT itu, ketika baru turun dari pesawat sepulang dari
kunjungan kerja di luar Jawa. Ia kemudian langsung menghubungi Inspektur
Jenderal Kementerian PUPR Widiarto.
Basuki mengaku terkejut
saat tahu anak buahnya ditangkapi KPK. Ia merasa amanah pembangunan fisik yang
diembankan ke dirinya tercoreng dengan ulah bawahannya itu. Dengan nada
kesal, Basuki menyebutnya sebagai penghianat.
"Hari ini kami kami
sedih karena OTT. Ini benar-benar mengagetkan kami. Kami sudah diamanahi
melaksanakan pembangunan infrastruktur sebaik-baiknya. Ternyata ada anggota
kami yang melaksanakan itu (korupsi-red) proyek," kata Menteri PUPR Basuki
ketika memberikan keterangan pers di kantor Kementerian PUPR, Jumat
(28/12/2018) malam.
Saat itu, informasi
yang diterima Basuki, mengenai OTT terkait lelang proyek air minum yang
tupoksinya berada di bawah Ditjen Cipta Karya. Maka tak heran apabila lokasi
operasi senyap berada di kantor Ditjen Cipta Karya di area Pejompongan, Jakarta
Pusat. Namun ia mengaku belum mengetahui detail proyek apa yang diduga terjadi
penyimpangan dan siapa saja yang diamankan KPK.
Menteri Basuki mengatakan,
proses pengadaan barang dan jasa memang rentan terjadi penyimpangan. Oleh sebab
itu, pihaknya sudah mengumpulkan semua pihak yang terlibat dalam proses kerja
tersebut dan mewanti-wanti adanya celah.
"Kami sudah
kumpulkan (semua pihak) agar jangan teledor. Karena yang paling rentan itu
pengadaan barang dan jasa," kata dia semalam.
Ia menjelaskan di
dalam Kementerian PUPR terdapat 1.165 satuan kerja yang mengurus proyek
pembangunan jalan, jembatan, air, air minum, bendungan, dan lain-lain. Basuki
mengatakan yang terlibat dalam proses pelelangan bukan satker, melainkan
kelompok kerja.
Berapa jumlah
pokjanya? Ada 888 kelompok kerja yang melakukan pelelangan. Sebanyak 888 pokja
itu terdiri dari 2.483 orang. Dengan demikian, melibatkan banyak orang.
Menteri Basuki
menjelaskan dalam melakukan proses lelang, Kementerian PUPR sudah didampingi beberapa
pihak untuk menutup celah praktik korupsi.
Dalam lelang itu,
pihaknya mengaku kadang-kadang minta bantuan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan), bahkan sampai TP4D Kejaksaan Agung atau TP4P. Ada pula aparat
pengawas, Aparat Pengawas Internal Pemerintah hingga Inspektorat Jenderal.
‘’Jadi semua mekanisme
sudah kami coba untuk dilaksanakan sebaik-baiknya," kata Basuki.
Tapi upaya itu rupanya
belum cukup untuk menutup celah terjadinya praktik korupsi. Basuki menjelaskan
yang terlibat dalam praktik pengadaan barang dan jasa bukan hanya kementerian
dan pokja. Melainkan juga penyedia jasa.
Penyedia jasa itu
siapa? Kontraktor dan konsultan yang diwadahi oleh asosiasi kontraktor AKI,
kemudian juga ada asosiasi konsultan PERKINDO dan INKINDO. Pihaknya juga selalu
bekerjasama dengan asosiasi penyedia jasa tadi dalam rangka mengikuti lelang
yang baik dan benar. (syam/TN)
Nama Baik Bapak Pembangunan Menteri PUPR Tercoreng Akibat Ulah Anak Buah di-OTT KPK
Reviewed by samsul huda
on
December 29, 2018
Rating:
Post a Comment